Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Penilaian gizi
A. Faktor External
1) Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2) Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4) Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).

B. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
1)Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2)Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
3)Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).

C. Metode Penilaian Status Gizi
Secara Langsunga
1. Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropos (tubuh) dan metros (ukuran) sehingga menjadi antropometri yaitu ukuran tubuh. Jellife (1966),”Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
a.Penggunaannya:
- Secara umum digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi.
- Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air didalam tubuh
b.Syarat yang mendasari penggunaan antropometri:
- Alat mudah didapat dan mudah digunakan
- Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
- Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus professional, dapat dilakukan oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan.
- Biaya relatif murah
- Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt off point dan buku rujukan yang sudah pasti
- Secara ilmiah diakui kebenarannya.
c.Keunggulan antropometri:
- Prosedur sederhana, aman, dan dapat dilkukan dalam jumlah sampel yang cukup besar
- Relative tidak membutuhkan tenaga ahli
- Alat murah, mudah dibawa kemana-mana, aman, dapat dipesan dan dibuat di daerah sekitar
- Metode ini tepat dan akurat karena dapat di bakukan
- Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau
- Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, sudah baik, karena ada batas ambang yang jelas
- Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya
- Dapat digunakan untuk penampisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
d.Kelemahan antropometri:
- Tidak sensitif: tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu, misal Fe dan Zn.
- Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunanpenggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensivitas pengukuran antropometri.
- Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran, dapat terjadi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran.
- Kesalahan yang terjadi biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran.
e. Pengukuran antropometri
f.Jenis parameter antropometri
Sebagai indikator status gizi, antropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia.
Jenis parameter antropometri:
- Umur
Batas umur yang digunakan (Puslitbang Gizi Bogor, 1980:
> Tahun umur penuh (Complete years)
Contoh: 6 tahun 2 bulan, dihitung 6 tahun
5 tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun
> Bulan usia penuh (Complete mounth): untuk anak umur 0-2 tahun digunakan
Contoh: 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan
2 bulan 26 hari, dihitung 2 bulan
Untuk melengkapi data umur dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
 Memintaa surat kelahiran, kartu keluarga, atau catatan lain yang dibuat orang tuanya. Jika tidak ada, bila memungkinkan catatan pamong desa.
 Jika diketahui kalender local, seperti bulan arab atau bulan local (sunda, jawa, dll) cocokkan dengan kalender nasional.
 Jika tetap tidak ingat, dapat berdasarkan daya ingat orang tua, atau berdasarkan kejadian penting (lebaran, tahun baru, puasa, pemilihan kades, pemilu, banjir, gunung meletus, dll)
 Membandingkan anak yang belum diketahui umurnya dengan anak tetangga/kerabat yang trlah diketahui tanggal lahirnya
 Jika hanya bulan dan tahunnya diketahui, tanggal tidak diketahui, maka ditentukan tanggal 15 bulan yang bersangkutan.
- Berat Badan.
 Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal
 Menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang
 Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot menurun
 Pada masa bayi-balita berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik.

Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:
 Parameter yang baik
 Umum dan luas dipakai di Indonesia
 Berat badan/tinggi badan merupakan indeks yang tidak tergantung umur
 Memberikan status gizi sekarang, jika dilakukan periodic memberikan gambaran pertumbuhan
 Alat ukur dapat diperoleh dipedesaan, dengan ketelitian tinggi.

3.Tinggi Badan
 Pada keadaan normal, TB tumbuh dengan seiring bertambah nya umur
 Pertumbuhan TB tidak seperti BB, relative kurang sensitive pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh difisiensi zat gizi terhadap TB akan Nampak dalam waktu yang relative lama.
 Alat ukur:
• Alat pengukur panjang bayi: untuk bayi atau anak yang belum bisa berdiri.
• Microtoise: untuk anak yang sudah dapat berdiri.

4.Lingkar lengan atas (LILA)
 Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
 Mencerminkan cadangan energi.
 Alat: suatu pita pengukur dari fiber glass atau sejenis kertas tertentu berlapis plastic.
 Kesalahan pengukuran relative besar dibandingkan dengan TB.

5. Lingkar Kepala
 Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.
 Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.
 Ukuran otak biasanya meningkat pada tahun pertama, tapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi.

6. Lingkar Dada
 Biasanya digunakan untuk anak usia 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada pesat sampai dengan umur 3 tahun
 Pada umur 6 bulan lingkar dada dan lingkar kepala sama
 Setelah umur 6 bulan lingkar kepala tumbuh lebih lambat dari lingkar dada.

7. Tinggi Lutut
 Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan didapat dari tinggi lutut bagi orang yang tidak dapat berdiri/lansia.
 Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi usia >59 tahun
 Formula (Gibson, RS:1993)
• Pria: (2.02 x tinggi lutut (cm) – (0.04 x umur (tahun) + 64.19
• Wanita: (1.83 x tinggi lutut (cm) – (0.24 x umur (tahun) + 84.88

8.Jaringan Lunak
 Metode yang pling sering dan praktis digunakan di lapangan: Antropometri fisik
 Jenis alat yang paling sering digunakan Harpendens calipers, alat ini memungkinkan jarum diputar ke titik nol apabila terdapat penyimpangan.

Antropometri dapat dibagi menjadi 2 yaitu,
1. Antropometri Statis (struktural) , yaitu Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh.
2. Antropometri Dinamis (fungsional), Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.

Hal-hal yang memengaruhi dimensi antropoMetri manusia adalah sebagai berikut,
• Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.
• Jenis kelamin
Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.
• Rumpun dan Suku Bangsa
• Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh
Kondisi ekonomi dan gizi juga berpengaruh terhadap ukuran antropometri meskipun juga bergantung pada kegiatan yang dilakukan.
• Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh
• Kondisi waktu pengukuran

2. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan.
PENILAIAN STATUS ZAT BESI
Ada beberapa indikator laboratorium untuk menentukan status besi yaitu:
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Garby et al, menyatakan bahwa penentuan status anemia yang hanya menggunakan kadar Hb ternyata kurang lengkap, sehingga perlu ditambah dengan pemeriksaan yang lain.
Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia.

2. Hematokrit (HCT)
Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen (%). Setelah sentrifugasi, tinggi kolom sel merah diukur dan dibandingkan dengan tinggi darah penuh yang asli. Persentase massa sel merah pada volume darah yang asli merupakan hematokrit. Darah penuh antikoagulasi disentrifugasi dalam tabung khusus. Karena darah penuh dibentuk pada intiselnya oleh sel darah merah (SDM) dan plasma, setelah sentrifugasi persentase sel-sel merah memberikan estimasi tidak langsung jumlah SDM/100 ml dari darah penuh (dan dengan demikian pada gilirannya merupakan estimasi tidak langsung jumlah hemoglobin). Hematrokrit dengan demikian bergantung sebagian besar pada jumlah SDM. tapi ada beberapa efek (dalam hal jauh lebih sedikit) dari ukuran rata-rata SDM. nilai normal adalah 40%-54% untuk pria dan 37%-47% untuk wanita. HCT biasanya hampir 3 kali nilai Hb (dengan menganggap tidak terdapat tanda hipokromia). Kesalahan rata-rata pada prosedur HCT yaitu kira-kira 1-2%.

3. Serum Besi
Prosedur serum iron. Darah harus dikumpulkan menggunakan tabung terevakuasi bebas elemen tembusan.

4. Transferrin saturation (TS)
Penentuan kadar zat besi dalam serum merupakan satu cara menentukan status besi. Salah satu indikator lainya adalah Total Iron binding capacity (TIBC) dalam serum. Kadar TIBC ini meningkat pada penderita anemia. Karena kadar besi di dalam serum menurun dan TIBC meningkat pada keadaan defisiensi besi maka rasio dari keduanya (transferrin saturation) lebih sensitif.

5. Free erythrocyte protophorphyrin (FEP)
Apabila penyediaan zat besi tidak cukup banyak untuk pembentukan sel-sel darah merah di sumsum tulang maka sirkulasi FEP di darah meningkat walaupun belum nampak anemia. Dengan menggunakan fluorometric assay, maka penentuan FEP lebih cepat digunakan. Satuan untuk FEP dinyatakan dalam µg/dl darah atau µg/dl darah merah. Dalam keadaan normal kadar FEP berkisar 35 ± 50 µg/dl RBC tetapi apabila kadar FEP dalam darah lebih besar dari 100 µg/dl RBC menunjukkan individu ini menderita kekurangan besi.

6. Serum ferritin (SF)
Untuk menilai status besi dalam hati perlu mengukur kadar ferritin. Menurut cook (dalam Mahdin anwar husaini, 1989) banyak ferritin yang dikeluarkan ke dalam darah secara proporsional menggambarkan banyaknya simpanan zat besi di dalam hati. Apabila didapatkan serum ferritin sebesar 30 mg/dl RBC berarti di dalam hati terdapat 30 x 10 mg = 300 mg ferritin. Untuk menentukan kadar ferritin dalam darah dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu dengan cara immunoradiometric assay (IRMA) atau dengan radio immuno assay (RIA) atau dengan cara enzyme-linked immuno assays (ELISA) yang tidak menggunakan isotop, tetapi enzim.
Dalam keadaan normal rata-rata SF untuk laki-laki dewasa adalah 90 µg/l. perbedaan kadar serum ferritin ini menggambarkan perbedaan banyaknya perbedaan zat besi pada tubuh dengan zat besi pada laki-laki tiga kali lebih banyak dari wanita. Apabila seseorang mempunyai kadar SF kurang dari 12 orang yang bersangkutan dinyatakan sebagai kurang besi. Banyak orang yang sebenarnya menderita kurang besi, tetapi tidak dapat terdeteksi dengan cara ferritin karena kadar ferritin yang dikeluarkan dari hati menarik dalam darah apabila yang bersangkutan menderita penyakit kronis, infeksi dan sakit hati. Namun, apabila penyakit infeksi tidak umum terjadi di masyarakat, penentuan ferritin merupakan pilihan yang tepat.

PENILAIAN STATUS PROTEIN
Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh antara lain:
- Untuk mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
- Sebagai cadangan protein tubuh.
- Untuk mengontrol peredaran darah (terutama dari fibrinogen).
- Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
- Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.
- Untuk mengatur aliran darah, dalam membantu bekerjanya jantung.
Di dalam darah ada 3 fraksi protein yaitu:
- Albumin : kadar normalnya = 3,5 – 5 gram/100 ml
- Globulin : kadar normalnya = 1,5 – 3 gram/100 ml
- Fibrinogen : kadar normalnya = 0,2 – 0,6 gram/100 ml
Pemeriksaan biokimia terhadap status protein dibagi dalam 2 pokok, yaitu penilaian terhadap somatic protein dan visceral protein. Perbandingan somatic dan visceral dalam tubuh antara 75% dan 25%. Somatic protein terdapat pada otot skeletal, sedangkan visceral protein terdapat di dalam organ/visceral tubuh yaitu hati, ginjal, pankreas, jantung, erytrocyt, granulocyt dan lympocyt.
Konsentrasi serum protein dapat digunakan untuk mengukur status protein. Penggunaan pengukuran status protein ini didasarkan pada asumsi bahwa penurunan serum protein disebabkan oleh penurunan produksi dalam hati. Penentuan serum protein dalam tubuh meliputi: albumin, transferrin, prealbumin (yang dikenal juga dengan trasthyeritin dan thyroxine-binding prealbumin), retin ol binding protein (RBP), insulin-Like growth factor-1 dan fibronectin.
PENILAIAN STATUS VITAMIN
Penilaian status vitamin yang terkait dengan penetuan status gizi meliputi penentuan kadar vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin C, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, vitamin B12.
1. Vitamin A
Deplasi vitamin A dalam tubuh merupakan proses yang berlangsung lama, dimulai dengan habisnya persediaan vitamin A dalam hati, kemudian menurunya kadar vitamin A plasma, dan baru kemudian timbul disfungsi retina, disusul dengan perubahan jaringan epitel.
Kadar vitamin A dalam plasma tidak merupakan kekurangan vitamin A yang dini, sebab deplesi terjadi jauh sebelumnya. Apabila sudah terdapat kelainan mata, maka kadar vitamin A serum sudah sangat rendah (kurang dari 5 µg/100 ml), begitu juga kabar RBP-nya (<20 µg/100 ml) konsentrasi vitamin A dalam hati merupakan indikasi yang baik untuk menentukan status vitamin A. Akan tetapi, biopsi hati merupakan tindakan yang mengandung resiko bahaya. Di samping itu, penentuan kadar vitamin A jaringan tidak mudah dilakukan. Pada umumnya konsentrasi vitamin A penderita KEP rendah yaitu <15 µg/gram jaringan hepar (Solihin Pujiadji, 1989). 2.Vitamin D Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan penyakit rakhitis dan kadang-kadang tetani. Apabila kekurangan terjadi pada masa pertumbuhan akan timbul osteomalasia. Sangat jarang ditemukan rakitis bawaan, insiden tertinggi terdapat pada umur 18 tahun. Kekurangan vitamin D timbul kalsifikasi tulang yang tidak normal disebabkan oleh karena rendahnya saturasi kalsium dan fosfor dalam cairan tubuh. Keadaan resorpsi tulang akan melebihi pembentukannya hingga menyebabkan demineralisasi umum pada rangka yang berakibat menjadi lunaknya tulang-tulang serta deformitas torax, tulang punggung, pelvis dan tulang-tulang panjang. Beberapa zat yang berhubungan dengan aktivitas vitamin D adalah: - Vitamin D2 (ersokalsiferol) yang dihasilkan oleh radiasi ersoterol (dalam tumbuh-tumbuhan) secara artifisial dengan sinar ultraviolet. - Vitamin D3 (kolekalsiferol) yang dihasilkan oleh radiasi pada kulit manusia dengan komponen ultraviolet sinar matahari dan juga terdapat secara alamiah pada sumber makanan hewani. Kolekalsiferol dikonversi di dalam hati dan mungkin usus menjadi 25(OH) kolekalsiferon Pada pemeriksaan biokimia penderita rakhitis ditemukan hasil: 1. Kadar kalsium serum normal atau lebih 2. Kadar fosfor rendah 3. Kadar fosfatase meninggi 4. Kadar 25 (OH) vitamin D dibawah 4 mg/ml 5. Vitamin E Devisit vitamin E jarang sekali ditemukan oleh sebab makanan sehari-hari mengandung cukup vitamin E. namun demikian kita harus tetap waspada adanya kemungkinan keadaan subklinis, misalnya pada bayi berat badan lahir rendah dimana transfer vitamin E melalui plasenta tidak efisien. Gangguan yang dapat dilihat karena kekurangan vitamin E adalah hemolisis dan mengurangnya umur hidup eritrosit. Penelitian pada binatang percobaan didapatkan bahwa defisit vitaminE menyebabkan kemandulan baik pada jantan dan betina. Gangguan lain adalah distrofi otot dan kelainan saraf pusat (ensefalomalasia). Pada pemeriksaan biokimia seorang anak dikatakan memiliki nilai normal vitamin E bila di dalam serum ≥ 0,7 mg. 3. BIOFISIK Penilaian status gizi biofisik termasuk penilaian status gizi secara langsung, yaitu melihat dari kemampuan fungsi jaringan dan perubahan struktur.Tes meliputi kemampuan kerja dan energi ekpenditur serta adaptasi sikap, Tes perubahan struktur dapat dilihat secara klinis maupun tidak dilihat secara klinis, seperti pengerasan kukuk, pertumbuhan rambut tidak normal dan menurunnya elastisitas kartilago. Pemeriksaan secara biasanya dilakukan dengan pemeriksaan radiologi. Penilaian status gizi secara biofisik sangan mahal, memerlukan tenaga yg profesional dan dapat diterapkan dlm keadaan tertentu saja Ada 3 cara pemeriksaan Biofosik, yaitu: 1.Pemeriksaan secara Radiologi (radiografhic examination) Metode ini jarang dilakukan di lapangan. Metode ini dilakukan dengan melihat tanda-tanda fizik dan keadaan tertentu seperti riketsia, osteomalasia, flourosis, dan beri-beri. Penggunaan metode ini adalah pada survei yg sifatnya retrospekstif dari pengukuran kurang gizi seperti riketsia dan KEP dini 2. Tes Fungsi Fisik (Test Of Physical Function) Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur perubahan fungsi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Beberapa tes yang digunakan adalah: - Ketajaman penglihatan - Adaptasi mata pada suasana gelap - Penampilan fisik - Koordinasi otot, dll Metode ini tidak praktis dilakukan di lapangan. Diantara test tersebut yg paling sering digunakan adalah tes adaptasi pada ruangan gelap. Tes iniuntuk mengukur kalinan buta senja yang diakibatkan oleh ruangan gelap. Tes ini untuk mengukur kelainan buta senja yg disebabkan oleh kekurangan vit A Beberapa Kelemahan Metode ini • Tidak spesifik untuk mengukur kekurangan vit A, karena ada faktor lain yg ikut mempengaruhinya • Sulit dilakukan • Tidak objektif Metode ini akan berguna bila dilakukan di daerah epidemis kekurangan vit A (buta senja) 3. Tes Sitologi (Cytological Test) Tes ini dignakan untuk menilai keadaan KEP berat. Seperti yg disarankan oleh Sguires (1965), pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat noda pada epitel (stained epithelial smears) dari mokusa oral. Hasil dari penelitian pada binatang dan anak KEP menunjukan bahwa persentase perubahan sel meningkat pada KEP dini D. PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG Penilaian status gizi secara tidak Iangsung, dapat dilakukan dengan: 1) Survey Konsumsi Makanan Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi. Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat (food record). 2) Statistik Vital Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. 3) Faktor Ekologi Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN Dalam memilih metode penilaian status gizi perlu digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan memberikan gambaran yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan metode adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Tujuan perlu diperhatikan dalam memilih metode, seperti tujuan ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah antropometri. 2. Unit sampel yang akan di ukur Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individual, rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi. Apabila unit sampel yang akan di ukur adalah kelompok / masyarakat yang rawan gizi secara keseluruhan maka menggunakan metode antropometri, karena metode ini murah dan dari segi ilmiah bisa dipertanggungjawabkan. 3. Jenis Informasi yang dibutuhkan Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis informasi yang diberikan. Jenis informasi antara lain : asupan makanan, berat dan tinggi badan, tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan informasi tentang asupan makanan, maka metode yang digunakan adalah survei konsumsi. Jika ingin mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yang digunakan adalah biokimia. Membutuhkan informasi tentang keadaan fisik (berat badan & tinggi badan) maka metodenya adalah antropometri. Dan apabila membutuhkan informasi tentang situasi sosial ekonomi, metode yang digunakan adalah pengukuran faktor ekologi 4. Tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan Tiap metode penilaian gizi mempunyai tingkat reliabilitas dan akurasi yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode klinis dalam menilai tingkatan pembesaran kelenjar gondok adalah sangat subyektif sekali. Penilaian ini membutuhkan tenaga medis dan paramedis yang terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dibidangnya. Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai reliabilitas dan akurasi yang sangat tinggi. Oleh karena itu jika ada biaya, tenaga dan sarana yang mendukung, maka penilaian status gizi dengan biokimia sangat dianjurkan. 5. Tersedianya fasilitas dan peralatan Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat ada yang sulit diperoleh. Umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara antropometri relatif mudah didapat dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia. 6. Tenaga Ketersediaan tenaga baik jumlah, maupun mutu sangat mempengaruhi penggunaan metode penentuan status gizi. Jenis tenaga yang digunakan antara lain ; dokter, ahli kimia dan tenaga lain. Penilaian status gizi secara biokimia perlu tenaga ahli kimia/analis kimia karena menyangkut berbagai jenis bahan kimia yang harus dikuasai. Jika menggunakan cara antropometri tidak perlu tenaga ahli, tetapi tenaga tersebut cukup dilatih sebelum menjalankan tugasnya. Kader gizi di posyandu adalah tenaga gizi yang tidak ahli tetapi dapat melaksanakan tugas dengan baik, walaupun disana sini masih terdapat kekurangannya. Tugas utama kader gizi adalah melakukan pengukuran antropometri seperti mengukur tinngi badan, berat badan dan umur anak. Setelah mendapat data mereka dapat memasukkan pada KMS dan langsung dapat menginterpretasikan data tersebut. Penilaian status gizi secara klinis membutuhkan tenaga medis ( dokter) karena salah satu tugasnya adalah menginterpretasikan tanda-tanda klinis. 7. Waktu Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi mempengaruhi metode yang akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan, tahunan. Apabila kita ingin menilai status gizi di suatu masyarakat dan waktu yang singkat maka menggunakan metode antropometri. Jika menggunakan metode biokimia membutuhkan waktu yang lama, biaya, tenaga dan peralatan yang memadai. 8. Dana Masalah dana juga mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan metode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalain penilaian status gizi. Jadi penilaian metode status penilaian gizi harus mempertimbangkan faktor tersebut diatas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri tapi saling mengait. Oleh karena itu untuk menentukan metode penilaian status gizi harus memperhatikan keseluruhan dan mencermati kelebihan dan kekurangan tiap metode tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comments

Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke email anda!:

 
Top